Cuma sebuah celotehan yang mewarnai garis kehidupan

Kamis, 21 Februari 2013

SurabayaKu

Yah, hari ini aku ke kota ini, ke Unair tercinta ini untuk KRS'an lagi (meski tadi sempet ketilang di Sidoarjo gara-gara STNK masih dibawa teman serumah). Hmmm, semoga ini KRS terakhirku. Aku harus berazam untuk segera menyelesaikan Tesisku.

Akhirnya setelah sekian lama, ku kendarai juga Sota menuju ke kota pahlawan. Kerinduan itu tiba-tiba menyeruak..kehangatan kotanya..kehangatan orang-orang yang ada di dalamnya..semua masih sama..selalu membuatku jatuh cinta..
Mungkin karena aku dibesarkan selama 5 tahun di kota ini, semenjak menjadi seorang anak kecil yang selalu bisa bermanja mengatakan, "Mbaaak, hiks..hiks..akuuu..bla..bla..bla.." atau "Mass, minta tolong..". Mereka yang selalu ada untukku, dengan begitu tulus senantiasa menasehati dan mendukungku, hingga aku pun dengan rela membersamai jalan juang mereka. Mereka yang bisa menerimaku apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Bahkan ketika ada yang berkata padaku, "Dasar anak kecil" dengan santaipun aku bisa menjawab," Biarin, enakan jadi anak kecil ga pusing, jadi orang dewasa itu ribet". Sampai tiba suatu masa dimana justru aku yang harus menerima rengekan-rengekan itu, "Mbak Liiiiin..hiks..hiks..bla..bla..bla..", adek-adek kecilku yang memanggilku dengan sebutan "Umi"..hmmm..aku akan senantiasa mencintai kalian semua..keluarga di kota keduaku..
Mencuri sedikit waktu untuk bertemu dengan "mbak kecilku", yang selama 4 tahun telah "membina"ku. Sedikit bercerita dan berkeluh kesah seperti biasa, dengan kesibukannya di kampus sebagai seorang asisten profesor di FK Unair, hanya sedikit waktu yang ku dapat darinya. Namun cukup mengobati kerinduan yang telah lama terpendam padanya. Seperti biasa, mbak kecilku ini akan mendengarkan segala celotehanku dan akhirnya memberikan sebuah nasehat pendek yang entah kenapa selalu bisa merasuk begitu dalam ke dalam hati dan pikiranku, membuatku merasa lega dan bisa menerima masukannya. Tadi dia hanya berkata, "Yang terpenting lakukan apa yang anti bisa lakukan, tapi sedikit ubah cara anti, dengan posisi seperti ini anti bukan saatnya untuk bertindak frontal, tapi bagaimana bisa bermain agar kelak bisa mencapai sebuah kedudukan, setelah itu baru anti bisa lakukan apa yang anti inginkan", dan jawabanku pun seperti yang biasa kuungkapkan, "Mbak, lek aku ga mikir kayak gitu mungkin aku dah melarikan diri". Tapi tetap saja kata-kata mbak kecilku ini selalu membekas dalam hati, membuatku berpikir lebih dalam lagi. Ya Rob, semoga hamba tidak salah melangkahkan kakiku ini, bimbinglah hamba dalam setiap langkah ini.



*berharap bisa menemukan sosok "mbak kecil" di kota yang kini kutinggali*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar