Cuma sebuah celotehan yang mewarnai garis kehidupan

Rabu, 27 Februari 2013

NANO-NANO "rame rasanya" ='D

Jadi dosen muda itu benar-benar berwarna..kadang cuaaapeeeek..kadang seuuneeeng..kadang suuuntuuuukk..hehehe...

Yup seperti biasa saya mendampingi para Asdos anatomi untuk praktikum saat itu, ketika kegiatan praktikum berakhir dimulailah sebuah sesi yang menegangkan bagi para mahasiswa peserta praktikum, yaitu sesi post test. Pada sesi ini masing-masing mahasiswa akan dihadapkan pada seorang asdos dan harus mampu menjawab pertanyaan dari asdos tersebut secara lisan dan akan dinilai. Seharusnya sih sesi ini sesi yang paling menegangkan, tapi dasarnya asdos anatomi itu anak-anaknya easy going semua, jadi malah sesi ini dijadikan sekaligus sesi pengakraban ke asdos sama mereka, alias kadang pertanyaan terakhir post testnya malah nanya, "klo kakak yang pake jilbab kuning itu namanya siapa?". Heyaaa...geje, tapi gapapa lah. Tapi jangan salah laboratorium anatomi ini adalah laoratorium yang paling tidak toleran dengan yang namanya "kecurangan" saat ujian praktikum, UTS maupun UAS. Sekecil apapun, dalam bentuk apapun, sanksinya langsung pengurangan nilai dengan tegas dan seketika. Dosen-dosennya terkenal 'sadis' kalau menjaga ujian, dan hal ini menurun pada asdosnya.
Nah, ketika itu saya sedang iseng duduk di dekat para asdos yang sedang menguji post test, sambil menikmati suguhan kekonyolan-kekonyolan yang terjadi saat ujian lisan post test. Tiba-tiba asdos disebelah saya nyeletuk, "Yup waktunya habis, silakan dikumpulkan ke Kak Herlina", spontan saya cubit tu si asdos sambil ketawa. Eh, malah asdos yang lain nyeletuk lagi, "Eh, masih inget ga waktu pertama kali liat dokter Herlina jaga UTS, kita pada mikir, mahasiswa FK ini kali ya, salah masuk kelas paling, tapi kok malah jaga ujian", spontan kalimat itu diikuti dengan riuh tawa para asdos lainnya. Saya pun hanya menimpali, "Maklum, saya kan awet muda..hehehehe". Seperti itulah kondisi di laboratorium saya, renyah, tanpa tembok pemisah. Saya berusaha untuk bisa akrab dengan para asdos saya, namun tetap dengan batasan yang jelas.
Tiba-tiba asdos yang berada di dekat saya tadi pun berkata, "Iya dok, kayak kemarin pas workshop di Bali ya, yang tentang handling Reptil itu. Asisten trainernya sampe nanya dokter semester berapa ya..hehehe". Saya jadi teringat beberapa minggu yang lalu sewaktu mengikuti workshop Herpetology di Bali. Saat itu saya dengan style mahasiswa memang tidak ingin dikenali sebagai seorang drh., sayang sekali saat praktek handling biawak, ular dan kura-kura, saya satu kelompok dengan mahasiswa saya (heyaaa). Akhirnya saya memberi isyarat ke dia untuk tidak bilang-bilang kalau saya ini dosennya. Sampai pada sesi kedua handling kura-kura, saya menyindir adek-adek dari Unair yang tidak bisa menyebutkan urutan bagian distal dari kura-kura,"Lhoh, kalian kan semester 2 tho, harusnya semester 1 kemarin dah dapat anatomi kan. Urutannya lho sama kayak osteologi di anatomi semester 1". Dan sang asisten trainernya pun nyeletuk ke saya,"Lha mbaknya semester berapa? Semester tua ya? Semester 9 ya mbak? hehehe". Celetukan asisten trainer itu pun ditimpali oleh salah seorang anggota kelompok itu,"Mbaknya lho sudah drh.", sedangkan saya hanya senyum-senyum saja tanpa menimpali apa-apa. Sang asisten trainer pun terkejut dan sangat malu, akhirnya berkata,"Lhoh, mbaknya kok ga bilang, waduh saya jadi malu, klo saya kura-kura pasti sudah masuk ke tempurung ini". Eh, mahasiswa saya yang duduk di dekat saya malah bilang,"Ini lho dosenku", untung bilangnya lirih, jadi ga ada yang dengar hehehehe..
Yup, kejadian serupa masih sering saya alami, bahkan pernah juga ketika saya sebutkan saya ini dosen malah ga percaya, malah bilang "Oh, asisten dosen ya mbak". Hmmm..kadang saya jadi berpikir, saya harus bersyukur atau bersedih ya? Kalau diambil sisi positifnya berarti wajah saya masih awet muda dan terlihat seperti mahasiswa. Kalau diambil sisi negatifnya, berarti wajah saya tidak meyakinkan sebagai seorang dosen. Yasudahlah, disyukuri saja. Dengan kondisi seperti ini kan masih sering bisa menyamar sebagai mahasiswa dan menyelundup ke kegiatan-kegitan mahasiswa..hehehe.. =D

Senin, 25 Februari 2013

Sebuah tanya..

Yup..di sini aku merasa benar-benar berbeda..aku berasal dari tempat nun jauh di sana..hmmmm..aku tak tau apa-apa..mulai mencari tahu..namun ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa harus melakukan sesuatu yang bahkan aku sebenarnya tidak sepenuhnya memahaminya, yang ada aku ingin bertanya..namun pada siapa?

Minggu, 24 Februari 2013

Sebuah Sore di Kerajaan, "Berjalan".



Aku berjalan..
Entah sejak kapan aku mulai dan suka berjalan..

Aku berjalan..
Entah sampai mana aku terus berjalan..

Sore ini ketika rasa penat sudah mulai menjalar di seluruh tubuh..tiba-tiba keinginan itu menyeruak kembali..yap, keinginan untuk berjalan kaki mengelilingi ‘kerajaan’ ini..
Langkah demi langkah pun mulai kuayunkan..kemana tujuan kaki ini, hanyalah mengikuti hati nurani..
Sore ini, aku hanya ingin mensyukuri udara dingin yang menyelubungi kerajaan ini..berjalan setapak demi setapak sambil menikmati berbagai aktifitas yang terjadi mengiringi langkah ini..
Jalanan kerajaan yang mulai diganti..hmmm..meski banyak yang menilai bahwa jalan lama masih layak untuk dilewati..
Sekumpulan manusia berbaju putih sedang berlatih beladiri, di sebuah tanah lapang yang kuharapkan bisa lebih banyak terisi manusia dengan berbagai aktifitasnya..
Aku berjalan..dan terus berjalan..dan tak terasa kini aku berhenti di sini..disebuah taman di salah satu sisi kerajaan ini, ternyata sekarang aku sedang asyik menulis tulisan ini..duduk sendiri..

*taman kecil selatan FH


Memori di Kotaku (Tulungagung)



Ditemani hujan deras, mobil yang kunaiki melaju menyusuri jalan menuju ke kota Malang. Aku suka hujan, terutama ketika berkendara di dalam mobil. Udaranya yang dingin membuatku terasa nyaman brada di dalam sebuah kotak kecil bersama 8 orang lainnya. Ya, sore ini aku kembali ke kota perantauanku, dengan berat hati meninggalkan kota kelahiranku.
Tulungagung, tempat dimana pertama kali aku meneriakkan dengan lantang suaraku dimuka bumi ini sembari menghirup udara kehidupanku.
Tempat dimana aku dibesarkan dan dididik hingga menjadi sosok manusia seperti sekarang.
Masih segar diingatanku saat ibuku beberapa kali mengulang sebuah cerita, dahulu kedua kakakku selalu dididik untuk menjadi anak baik yang pendiam, sampai suatu ketika kakak laki-lakiku saat pulang dari TK menangis dengan hidung mimisan, dan memang kakak laki-lakiku sering kalah dari teman sepermainannya, karena kejadian itu ibu merubah cara mendidikku. Ibu mendidikku dengan aturan "kalau ada yang pukul balas pukul, ada yang cubit balas cubit". Yap, hal itu membuatku tumbuh menjadi seorang anak perempuan yang cukup berani dan tomboy. Meski saat SD aku cukup minder dan pendiam karena teman-temanku semua berasal dari daerah kota sedangkan rumahku yang paling jauh, bahkan bisa dikatakan yang paling desa. Namun, beranjak SMP, dengan memasuki sebuah SMP favorit yang isinya dari berbagai macam siswa daerah pelosok kotaku, aku pun mulai menampakkan bakatku. Yap, menjadi sosok yang ramai, ceria, tomboy, sekaligus galak, dari semua putra ibuku yang bersekolah di SMP itu, akulah yang paling terkenal dan dikenal oleh guru-guru. Aku satu-satunya anak ibuku yang sempat dihukum berdiri di bawah tiang bendera karena sebagai tim inti paduan suara sekolah tapi pas upacara malah sembunyi di barisan kelas, aku juga satu-satunya yang pada pelajaran bhs Jawa berani protes ke pak Gurunya bahwa nilai raport satu-satunya yang 7 cuma bhs Jawa sehingga semester depan naik jadi 8, aku juga satu-satunya yang karena kedekatanku dengan pak guru bhs Inggris nilai raportku bisa 8, padahal kedua kakakku nilainya hanya 7, aku pula yang memiliki kesempatan memukuli pak Guru Biologi karena di saat latihan karate beliau sabuknya berada di bawahku dan saat itu memang dalam posisi beliau harus 'defens' untuk menerima setiap pukulanku. Aku memang berbeda dari kedua kakakku yang saat SMP adalah sosok-sosok yang rajin dan pendiam. Seperti remaja pada umumnya, aku pun memiliki sekelompok teman dekat yang terdiri dari beberapa perempuan dan beberapa laki-laki. Dan entah kenapa mereka suka membuliku, terutama teman laki-lakiku, tapi siap-siap saja, kalau teman laki-lakiku membuatku jengkel maka tendangan atau pukulanku akan mendarat di bagian tubuh mereka, biasanya tulang kering kaki mereka yang tidak tertutup oleh celana yang hanya sepanjang lutut itu akan terlihat kebiruan atau kehitaman keesokan harinya, ada juga yang berani-beraninya menyentuh daguku kemudian ku kejar sampai dapat dan kupukul lengan atasnya dan keesokan harinya pun lengan bagian atasnya membiru. Maklum, aku cukup gemar berlatih karate, ketika itu di SMP aku sampai menyandang sabuk hijau. Masa-masa selanjutnya pun, kehidupan SMA dan kuliah tidak kalah serunya, aku selalu tersenyum-senyum sendiri setiap mengingat bagian-bagian memori tentangnya. Alhamdulillah,  اَللّÙ‡ُ membuatku menjadi sosok yang senantiasa mensyukuri tiap episode dalam kehidupanku, mengingat hal-hal yang selalu membuatku bersyukur, menyesali dan melupakan hal-hal yang membuatku tersungkur. Dan kini dengan hobi baruku, aku ingin menuliskan hal-hal di dalam hidupku, namun memang aku tidak bakat menulis diary, beberapa kali kucoba selalu gagal lagi, maka biarlah tangan ini menari diatas keypad ini setiap kali dia menginginkannya.

*mencoba mengisi waktu luang dengan menulis, apapun itu*

Kamis, 21 Februari 2013

SurabayaKu

Yah, hari ini aku ke kota ini, ke Unair tercinta ini untuk KRS'an lagi (meski tadi sempet ketilang di Sidoarjo gara-gara STNK masih dibawa teman serumah). Hmmm, semoga ini KRS terakhirku. Aku harus berazam untuk segera menyelesaikan Tesisku.

Akhirnya setelah sekian lama, ku kendarai juga Sota menuju ke kota pahlawan. Kerinduan itu tiba-tiba menyeruak..kehangatan kotanya..kehangatan orang-orang yang ada di dalamnya..semua masih sama..selalu membuatku jatuh cinta..
Mungkin karena aku dibesarkan selama 5 tahun di kota ini, semenjak menjadi seorang anak kecil yang selalu bisa bermanja mengatakan, "Mbaaak, hiks..hiks..akuuu..bla..bla..bla.." atau "Mass, minta tolong..". Mereka yang selalu ada untukku, dengan begitu tulus senantiasa menasehati dan mendukungku, hingga aku pun dengan rela membersamai jalan juang mereka. Mereka yang bisa menerimaku apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Bahkan ketika ada yang berkata padaku, "Dasar anak kecil" dengan santaipun aku bisa menjawab," Biarin, enakan jadi anak kecil ga pusing, jadi orang dewasa itu ribet". Sampai tiba suatu masa dimana justru aku yang harus menerima rengekan-rengekan itu, "Mbak Liiiiin..hiks..hiks..bla..bla..bla..", adek-adek kecilku yang memanggilku dengan sebutan "Umi"..hmmm..aku akan senantiasa mencintai kalian semua..keluarga di kota keduaku..
Mencuri sedikit waktu untuk bertemu dengan "mbak kecilku", yang selama 4 tahun telah "membina"ku. Sedikit bercerita dan berkeluh kesah seperti biasa, dengan kesibukannya di kampus sebagai seorang asisten profesor di FK Unair, hanya sedikit waktu yang ku dapat darinya. Namun cukup mengobati kerinduan yang telah lama terpendam padanya. Seperti biasa, mbak kecilku ini akan mendengarkan segala celotehanku dan akhirnya memberikan sebuah nasehat pendek yang entah kenapa selalu bisa merasuk begitu dalam ke dalam hati dan pikiranku, membuatku merasa lega dan bisa menerima masukannya. Tadi dia hanya berkata, "Yang terpenting lakukan apa yang anti bisa lakukan, tapi sedikit ubah cara anti, dengan posisi seperti ini anti bukan saatnya untuk bertindak frontal, tapi bagaimana bisa bermain agar kelak bisa mencapai sebuah kedudukan, setelah itu baru anti bisa lakukan apa yang anti inginkan", dan jawabanku pun seperti yang biasa kuungkapkan, "Mbak, lek aku ga mikir kayak gitu mungkin aku dah melarikan diri". Tapi tetap saja kata-kata mbak kecilku ini selalu membekas dalam hati, membuatku berpikir lebih dalam lagi. Ya Rob, semoga hamba tidak salah melangkahkan kakiku ini, bimbinglah hamba dalam setiap langkah ini.



*berharap bisa menemukan sosok "mbak kecil" di kota yang kini kutinggali*

Rabu, 20 Februari 2013

Riuh Semangat Itu

Terkadang riuh semangat itu datang menyeruak tanpa terbendung..ketika masih berada pada relnya, maka semua itu adalah sewajarnya.. 

Riuh semangat itu bukan hanya sekedar membahana tanpa makna..namun sebagai kekuatan untuk berjuang di jalan-NYA..

Selasa, 19 Februari 2013

ANAK YANG TERBUANG

Hari ini pagi-pagi saya sudah bergegas ke LSIH untuk mengikuti pelatihan PCR yang kata seorang teman, saya telah didaftarkan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kawatir datang terlambat, sesampainya di LSIH saya berlari menaiki tangga sampai di lantai 3, tempat diselenggarakannya acara tersebut. Tiba di meja resepsionis saya mencari nama saya di daftar nama peserta, dan yang terjadi adalah..nama saya tidak tercantum..akhirnya saya putuskan untuk kembali ke kantor, meskipun sebenarnya kalau sedikit memaksa saya bisa saja mengikuti pelatihan tersebut karena ketua penyelenggara dan beberapa panitia cukup saya kenal dengan baik (termasuk yang menjaga meja registrasi), tapi sudahlah, mungkin memang belum rejeki saya.
Akhirnya saya memacu si Sota menuju kantor, berhenti beberapa meter dari ruangan saya, begitu menuju ruangan, saya baru sadar bahwa`karena tergesa-gesa akhirnya saya lupa tidak membawa kunci ruangan saya. Akhirnya mengungsilah ke ruang diskusi Klinik Hewan, menemani seorang teman yang sedang dapat jadwal dokter piket Klinik.
Saat sedang asyik menyalakan laptop, tiba-tiba dua orang klien membawa seekor pasien datang, karena para medisnya sedang memandikan kucing, akhirnya saya yang harus membantu teman saya untuk menangani pasien seekor kucing jantan yang tidak mau makan dengan diagnosa  gangguan saluran kemih. Setelah menangani pasien tersebuut, kami mulai memperhatikan kondisi seekor kucing hitam yang tadi malam telah dilakukan operasi Caesar untuk mengeluarkan kelima anaknya yang pada akhirnya hanya seekor yang selamat. Dikarenakan semalam mengalami operasi yang cukup besar, maka sang induk masih terlihat lemas, sedangkan sang anak kelihat mencari-cari susu induknya dan kemudian mulai meminumnya. Namun setelah sang induk mulai segar, sang induk tidak mau didekati oleh anaknya, bahkan sang anak hampir dicakar ketika hendak menyusu. Melihat hal tersebut saya merasa kasihan pada sang anak. Akhirnya dengan dilapisi sebuah tisu, saya ambil sang anak yang besarnya cuma segenggaman saya. Sang anak saya letakkan ditangan kiri saya, sementara tangan kanan saya tetap bekerja, merevisi 3 buah laporan PKL dan sebuah Skripsi yang sudah terhidang dihadapan saya. Awalnya dia menangis, saya hanya bisa mengelusnya dengan jempol tangan kiri saya, lalu lama-kelamaan dia mulai tertidur (sudah capek nangisnya mungkin). Lalu dia terbangun dan menangis lagi, ketika saya angkat dari tangan kiri saya menggunakan tangan yang sebelah kanan, eh ternyata dia baru saja buang air kecil, terlihat tisu yang melapisinya diatas tangan kiri saya basah. Kemudian saya ganti dengan tisu yang baru, tapi dia nampak kurang nyaman, akhirnya saya letakkan dia langsung di atas permukaan kulit tangan kiri saya, dia mulai 'ndusel' dan menjilat-njilat permukaan tangan saya, terlihat sekali bahwa dia sedang kehausan. Sekali lagi, saya coba bawa ke induknya dengan harapan sang induk mau menyusui, namun ketika saya dekatkan, sang induk langsung menggeram. Tidak tega kalau sampai sang anak terluka. Akhirnya sang anak tetap berada di tangan kiri saya, menjilat-njilat dan sesekali menangis, lama-kelamaan tertidur kembali. Sembari saya tetap melakukan aktifitas saya dengan tangan kanan saya.
"Anak yang terbuang", itu yang bisa saya lihat pada anak kucing yang sekarang sedang tertidur lelap di tanngan kiri saya (sudah selesai revisi 1 Skripsi dan 1 laporan PKL, sekarangn lagi rehat nulis blog hehehe). Mungkin karena ketika sang anak dikelurkan dari tubuh induk dengan tindakan operasi, sang induk dalam kondisi tidak sadar, sehingga ketika tiba-tiba sang anak muncul di hadapannya dia tidak bisa mengenalinya, apalagi warna bulunya berbeda, sang induk berwarna hitam legam sedang sang anak putih. Kemungkinan warna bulu sang anak didapat dari sang pejantan. Salah satu faktor lain mungkin dikarenakan sang induk hamil dalam umur yang masih terlalu muda, sehingga masih belum memiliki sifat keibuan yang matang. Ah, itu hanya beberapa opini analisa yang saya buat. Namun saya jadi teringat, bahwa jihadnya seorang wanita adalah ketika melahirkan. Subhanallah, kalau teringat cerita-cerita teman-teman yang melahirkan dengan normal (tanpa operasi), sungguh merupakan perjuangan yang luar biasa. Dan tadi ada seorang bayi laki-laki yang telah dilahirkan ke dunia ini. Semoga dia dapat tumbuh menjadi seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah..aamiin.. (jadi inget dah janjian mo nengok sang dedek).

BEDA TRADISI

Rasanya telinga saya geli ketika ada seseorang mengatakan sebuah steatment "beda tradisi". Hey akh, kita ini hidup di dunia dengan berbagai karakter manusia. Kalau cuma menghadapi manusia yang sedikit frontal seperti saya dan langsung mengatakan bahwa kita "beda tradisi" sehingga masukan-masukan saya tidak bisa diterima, sehingga apa yang saya lakukan malah dianggap sesuatu yang tidak bisa diterima atau ditolelir karena alasan "beda tradisi' beda cara komunikasi dan cara pengungkapan permasalahan, bahkan mungkin sampai di cap "anomali". Saya tidak membayangkan bagaimana ketika kalian terjun langsung di masyarakat dan menghadapi berbagai macam karakteristik manusia yang mungkin jauh lebih "parah" dari saya. Dari kaca mata saya sendiri, apa yang saya lakukan ini masih berada di jalur normal, entah mungkin kalian menganggapnya diluar jalur karena kita "beda tradisi", padahal di tempat saya yang dulu hal itu masih dianggap wajar. Menurut saya bukan tradisi yang harus disalahkan dan dianggap berbeda, tapi tingkat toleransi dan sensitifitasnya yang perlu dipertanyakan.
Sudahlah, yang saya harapkan kalian bisa semakin bijak dalam menghadapi segala hal yang ada di sekitar kalian, mumpung kalian belum terjun secara langsung di masyarakat. Bagi saya sendiri, saya akan berusaha untuk mengikuti "aturan main" kalian, namun dengan tetap tidak mengekang prinsip-prinsip dasar saya, saya tidak mau diubah menjadi manusia-manusia bisu yang tidak bisa menyuarakan perubahan ke arah yang lebih baik, yang hanya bisa mendengar dan berkata "iya". Saya tetap akan memperjuangkan hal yang saya anggap bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Saya siap dengan berbagai macam konsekuensinya, saya siap entah berapa banyak akan kalian lukai, karena hal itu tidak akan menyurutkan prinsip-prinsip serta idealisme yang sudah saya tanamkan di dalam hati nurani saya.

tidak dengan diam semua akan menjadi benar
tidak dengan berpangku tangan kita akan menang
terkadang sebuah perubahan memerlukan pengorbanan
"SENANTIASA BERLARI, JANGAN PERNAH BERHENTI"

Jumat, 08 Februari 2013

Perasaan ini manusiawikah?

Tidak terasa aku telah lama berjuang di ruang gerak ini, satu tahun sudah lamanya..hmmmm..impian-impian itu..harapan-harapan itu..usaha-usaha itu..perjuangan-perjuangan itu..totalitas!
Sebenarnya, apa yang kuharapkan dengan berjuang di ruang gerak ini, dengan begitu lugu aku masuk ke ruang gerak ini, dengan segenap kemauanku sendiri. Tanpa mengerti sesuatupun tentangnya, namun secara ajaib langsung ku jatuh hati.
Ada yang bilang, "Jangan terlalu mencintai sesuatu, karena kita tidak akan bisa tahu bahwa suatu saat dia bisa menyakitimu". Ah, kenapa hal itu yang terjadi untuk saat ini, ruang gerak ini yang dulu membuatku langsung jatuh hati, kini mulai melukai hati. Apakah karena mimpi-mimpi yang mulai terwujud itu terasa sedikit beralih, apakah karena manusia-manusia yang berada di dalam terasa tidak memandangku lagi, atau karena semua mulai bergerak dan meninggalkanku pergi, atau karena fokusku yang sudah mulai berganti.
Hey, sebenarnya apa alasanku untuk berjuang di ruang gerak ini..saat ini aku perlu berhenti sejenak..untuk kembali menggali memori..memantapkan hatiku lagi..bahwa berada di ruang gerak ini karena Illahi Robbi.

Manusiawikah perasaan ini?
yang kadang terluka oleh saudara sendiri..
Manusiawikah perasaan ini?
yang kadang ingin dihargai..
Manusiawikah perasaan ini?
yang kadang ingin dimengerti..
"Jangan berharap pada manusia, karena dia adalah tempat kekecewaan. Berharaplah hanya kepada Allah Yang Maha Memberi"

Kamis, 07 Februari 2013

Berlari

Inginku masih berlari dan sedikit menari..
sambil menikmati senyuman kecil yang tersungging di dalam hati..

Terkadang ada yang melirik iri,
mungkin karena kakiku masih bisa lepas bebas mengikuti irama hati..
Ah, namun terkadang aku pun tertegun terdiam
mempertanyakan dalam kehampaan..
Sesekali aku pun berhenti,
Meneliti kembali gerakan diri
Apakah masih sesuai kehendak-Mu ya Robbi
Dan ketika saatnya datang lagi
Maka aku akan kembali berlari..

Rabu, 06 Februari 2013

"Sebuah Batu" (5)

Hei baru sadar sudah lama tidak menyentuh blog ini..blog yang isinya ga penting mungkin..hehehehe..
Mari kita lihat lagi, bagaimana nasib batu itu sekarang..

Batu itu, setelah sekian lama berada di halaman depan "rumah', mulai melihat bagaimana isi di dalam 'rumah". Semakin melihat isi dari "rumah" baru itu, dia semakin sadar bahwa memang benar-benar berbeda dari "rumah" lamanya. Batu merasa dialah yang paling keras, bagian lain dari rumah itu tidak sekeras dia, batu itu juga merasa berbeda karena bagian-bagian "rumah" yang lain tampak begitu menyatu.
Hei, sang batu menemukan sebuah celah, sebuah tempat dimana dia merasa mungkin dia bisa bermanfaat disana. Pergilah sang Batu ke celah itu, beberapa lama dia brada di sana, berusaha membawa kemanfaatan dan perubahan. Namun sekali lagi, dia memang berbeda, terlalu keras dan warnanya tidak menyatu, sehingga dia takut malah akan merusak. Perlahan pun sang Batu kembali ke tempatnya semula, di halaman depan "rumah".
Tiba-tiba dari dalam "rumah" terdengar celetukan bahwa mereka memerlukan batu untuk sebuah keperluan, namun sang Batu yang masih merupakan bagian baru dari "rumah" itu pun bingung, dia sama skali tidak tau bagaimana kondisi yang ada didalam "rumah" itu, dia ingin bergerak, dia ingin membantu, namun kakinya terasa kelu, tak tau harus bergerak kemana.